Jumat, 24 Oktober 2008

Batu tulis di Citapen - Ciamis .

Hari Minggu malam tanggal 29 September 2008 dikampung halaman istri tersayang di tepian sungai Cisanggarung - Cirebon , saya sangat gelisah . Bagaimana tidak besok pagi-pagi sekali setelah sahur saya akan mendatangi sebuah Batu bertulis (Rock Art) yang letaknya tepat diperbatasan Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Ciamis. Batu bertulis ini memang kurang dikenal masyarakat, tapi rasa penasaran saya untuk mengunjunginya begitu menggebu.

Perjalanan ini bukan yang biasanya , karena menurut informasi bila ingin mempersingkat perjalanan harus menyeberangi sungai yang belum ada jembatannya, dengan kata lain saya harus menyeberangi sungai mempergunakan rakit. daripada mempergunakan mobil yang harus memutar melalui jalan raya Cirebon-Ciamis , membelok di Hayawang ( Sebelum Kecamatan Kawali ) menuju Kecamatan Rancah melalui Kecamatan Rajadesa-Ciamis.

Dengan tidak bersusah payah merayu adik ipar untuk pinjam motornya , saya akhirnya berangkat menuju Dusun Citapen Pasir , Desa Sujaya , Kecamatan Rajadesa ( Lebih dekat dari Kecamatan Rancah ) yaitu tempat Situs Citapen berada di Kabupaten Ciamis , tepat pada jam 5.30 pagi ( setelah sahur ).

Angin pagi menerpa saya membuat badan jadi segar maklum dua hari berada di Cirebon yang pada saat itu berhawa wuihhh........Puanas buangeet...!!!!



Gunung Ciremai, Cirebon.


Di tengah jalan saya mencoba memfoto gunung Ceremai yang namanya disebut sebut dalam Naskah Bujangga Manik yang ditulis tahun 1400 M. Seperti cuplikannya :

Meuntas aing di Ci-punagara, Lurah Medang Kahiyangan,

Ngalalar ka Tampo Omas, meuntas aing di Ci-Manuk ,

ngalalar ka pada beunghar, ngalalar aing ka Conam.

Katukang bukit Ceremay , Saucunduk ka Luhur Agung , meuntasing di Ci-Sanggarung.
dst......

Catatan :

Naskah Bujangga Manik merupakan salah satu peninggalan dari naskah berbahasa Sunda yang sangat berharga. Naskah ini ditulis pada DAUN NIPAH, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata, dan saat ini disimpan di PERPUSTAKAAN BODLEIAN di Oxford sejak tahun 1627 ( diteliti dan di terjemahkan oleh Noorduyn tahun 1968 :469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181). Naskah Bujangga Manik seluruhnya terdiri dari 29 daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata.


Yang menjadi tokoh dalam naskah ini adalah PRABU JAYA PAKUAN alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari Kerajaan Sunda yang, walaupun merupakan seorang prabu pada keraton Pakuan Pajajaran (ibu kota kerajaan, yang bertempat di wilayah yang sekarang menjadi kota Bogor), lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi. Sebagai seorang resi, dia melakukan dua kali perjalanan dari Pakuan Pajajaran ke Jawa. Pada perjalanan kedua Bujangga Manik malah singgah di Bali untuk beberapa lama serta ke Pulau Sumatera. Pada akhirnya Bujangga Manik bertapa di sekitar Gunung Patuha sampai akhir hayatnya. Jelas sekali , dari ceritera dalam naskah tersebut, bahwa naskah Bujangga Manik berasal dari jaman sebelum Islam masuk ke Tatar Sunda. Naskah tersebut tidak mengandung satu pun kata-kata yang berasal dari bahasa Arab. Penyebutan Majapahit, Malaka dan Demak Demak memungkinkan kita untuk memperkirakan bahwa naskah ini ditulis dalam akhir tahun 1400-an atau awal tahun 1500-an.

Naskah ini sangat berharga karena menggambarkan topografi pulau Jawa pada sekitar abad ke-15. Lebih dari 450 nama tempat, gunung dan sungai disebutkan dalam naskah. Sebagian dari nama-nama tempat tersebut masih digunakan sampai sekarang.


Nyebrang Sungai Cijolang dengan Rakit.

Setelah melewati Waduk Darma (Kuningan) yang pemandangannya lumayan bagus lalu saya menuruni bukit yang bverkelok - kelok dan menerobos batas Kecamatan CIKIJING yang merupakan wilayah Kabupaten Majalengka , jalan akhirnya mulai menanjak dan tibalah diatas bukit yang saya lupa namanya lalu motor saya belokan kekiri untuk untuk menuju ke Desa Cebeurung.

Didesa cibeurung setelah tanya sana - tanya sini dan melewati jalan yang cuma bisa dilalui motor , saya tiba ditepi sungai Cijolang yang merupakan batas wilayah Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Ciamis. diseberang sungai yang secara admisnistratif sudah masuk ke wilayah Kabupaten Ciamis, jalan kembali menukik keatas menuju bukit di Dusun Citapen Pasir Desa Sujaya.


Keadaan Kabupaten Ciamis yang berbukit - bukit.

Setiba di Dusun Citapen saya kembali tanya-tanya tentang letak keberadaan batutulis itu, akhirnya ditunjuk bahwa batu itu berada tepat dibawah Pabrik penggergajian kayu . Setelah berterima kasih saya tancap gas kembali menaiki bukit. Setelah sampai pabrik itu ..kok enggak ada orang alias kosong melompong ( mungkin libur idul fitri ). Jalan juga sepi , petunjuk enggak ada.. syukur..setelah 5 menit ada penduduk lokal yang mau antar saya ke batu itu.




Desa Cibeurung dilihat dari tepian Bukit ( di lokasi Batu bertulis)
tebing Barat Laut Gunung Sangkur - Ciamis.


Penduduk lokal yang antar ke Situs Citapen.


Guratan membentuk Jari tangan di dinding batu di Batutulis Citapen (I).


Gambar dalam bentuk Embosh (menonjol keluar) di Batutulis Citapen (II)


Tulisan yang ada di Batutulis Citapen (III)



BATU TULIS ( ROCK ART ) CITAPEN , merupakan salah satu peninggalan dari manusia Purba jaman Pliosen Bawah ( 700.000 s/d 1.000.000 tahun yang lalu ). Arkeologi ternama dari Belanda KROM pernah berkunjung ke situs ini pada tahun 1914.
Lalu dari Team Balai Arkeologi Bandung yang di ketuai oleh Drs. Nanang Saptono juga pernah menelitinya. Terakhir adalah Prof Dr.Michael Morwood dari Departement Of Archeology & Palaenthopology , Australian New South Wales University pernah berkunjung kesini.

Memang di wilayah Rancah - Ciamis banyak sekali peninggalan- peninggalan jaman purba diantaranya :
1. Gigi taring manusia purba di Tambaksari , Rancah - Ciamis , dengan ciri - ciri Otak sekitar 1.100 cc tak punya dagu dan kening ( lebih tua dari usia fosil di Gua Pawon , Padalarang yang volume otak sudah agak besar yaitu sekitar 1.600 cc dan sudah mempunyai dagu dan kening dan hidup sekitar 6000 s/d 7000 tahun yang lalu ).
2. Fosil hewan Vertebrata berupa rahang dan taring dari Hippopotamus ( Kuda Nil )
3. Peralatan Manusia Purba (Paleolitik) seperti Kapak Perimbas dan Kapak Penetak. Kebetulan dahulu kakek saya juga pernah memiliki kapak jenis ini dengan warna Hijau Muda (seperti Giok Korea) dan penduduk di Rancah menyebutnya Gigi Petir yang tertinggal sewaktu menyambar Bumi .
Dengan berkunjung ke Situs Batutulis Citapen ini, saya yang tadinya hanya menyenangi Peninggalan-peninggalan Sunda dari Jaman Sejarah saja sekarang juga menjadi menyenangi peninggalan jaman Prasejarah.
======
Foto-foto : Pribadi
Sumber berita :
- WIKIPEDIA
- kompas.com
- Blog Bp.Dieny Yusuf.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar