Sabtu, 15 November 2008

ISTANA PAKUAN & ISTANA GALUH.



TENTANG ISTANA PAKUAN -BOGOR , ISTANA SURAWISESA -GALUH , KAWALI ,
DAN KERATON PAKUNGWATI -CIREBON.

Oleh : Kang Yana

Ini bukan menceritakan hasil penelitian , tetapi hanyalah telahaan pribadi mengenai bagaimana sih rupa dari Istana Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati pada jaman Sri Baduga Maharaja (raja pajajaran) yang berkedudukan di Pakuan - Bogor dan keraton Surawisesa yang adalah istana di jaman Prabu Maharaja Niskala Wastu Kancana (kakek dari Sri Baduga Maharaja) dan Prabu Dewa Niskala , (raja Sunda) yang adalah Ayah dari Sri Baduga Maharaja.

Kedua Istana ini (Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati dan Istana Surawisesa ) menurut saya adalah istana yang bentuk bangunan serta tata letak ruang-ruang didalam keratonnya hampir sama dengan Keraton Pakungwati - Cirebon . Sama dalam hal apa ?

1. Letak dan tata ruangnya bisa di perkirakan mirip.
2. Bahan / batuan untuk Bangunan yaitu terbuat dari Batu bata.

* Kenapa sama dengan Keraton Pakung wati ?

Kita tahu bahwa pendiri kesultanan Cirebon adalah PANGERAN CAKRABUANA atau PANGERAN WALANGSUNGSANG ( lihat naskah tua : nagara kertabumi , ditulis oleh Pangerang Wangsakerta dan juga Purwaka Caruban Nagari , oleh Pangeran Arya Cirebon). Pangeran Walangsungsang adalah Kakak dari Nyai Rara Santang yang adalah anak Tertua dan kedua dari Prabu Sri Baduga Maharaja ( Raja Pajajaran ) . Dan Nyai Rara Santang yang juga adalah Ibunda dari SUNAN GUNUNG JATI. Artinya bahwa Sunan Gunung Jati adalah Cucu dari Sri Baduga Maharaja yang raja Pajajaran.

Istana Pakungwati didirikan oleh Pangeran Cakrabuana pada tahun 1470-an didaerah yang bernama lemahwungkuk.

Sebagai putra dari Sri Baduga Maharaja , Pangeran Cakrabuana 21 tahun tinggal di Istana ( Baik di Istana Pakuan , Bogor maupun di Istana Surawisesa , Kawali - Ciamis ) sebelum akhirnya pergi meninggalkan keraton Pakuan menuju Cirebon yang disusul juga oleh adiknya yaitu Nyai Rara Santang yang bersedih terus - terusan mengingat kakaknya dan menyusulnya pada saat berusia 16 tahun menuju Cirebon.


Kepindahan Prabu Sri Baduga Maharaja beserta rombongan keluarga dari Istana Surawisesa ke Istana Pakuan berkenaan dengan diangkatnya Sri Baduga Maharaja (Sri Jaya Dewata ) terekam didalam naskah tua daun lontar : CARITA RATU PAKUAN.


sudah di terjemahkan :

Tersebutlah Ambetkasih bersama madu-madunya bergerak payung lebesaran melintas tugu yang seia dan sekata hendak pulang ke Pakuan kembali dari keraton di timur halaman cahaya putih induk permata cahaya datar namanya keraton berseri emas permata rumah berukir lukisan alun di Sanghiyang Pandan-larang keraton penenang hidup.
Bergerak barisan depan disusul yang kemudian teduh dalam ikatan dijunjung bakul kue dengan tutup yang diukir kotak jati bersudut bulatan emas tempat sirih nampan perak bertiang gading ukiran telapak gajah hendak dibawa ke Pakuan.
Bergerak tandu kencana beratap cemara gading bertiang emas bernama lingkaran langit berpuncak permata indah ditatahkan pada watang yang bercungap singa-singaan di sebelah kiri-kanan payung hijau bertiang gading berpuncak getas yang bertiang berpuncak emas dan payung saberilen berumbai potongan benang tapok terongnya emas berlekuk berayun panjang langkahnya terkedip sambil menoleh ibarat semut, rukun dengan saudaranya tingkahnya seperti semut beralih.
Bergerak seperti pematang cahaya melayang-layang berlenggang di awang-awang pembawa gendi di belakang pembawa kandaga di depan dan ayam-ayaman emas kiri-kanan kidang-kidangan emas di tengah siapa diusun di singa barong. Bergerak yang di depan, menyusul yang kemudian barisan yang lain lagi.
Yang dikisahkan dalam pantun itu adalah Ngabetkasih (Ambetkasih), isteri Sri Baduga yang pertama (puteri Ki Gedeng Sindang Kasih, putera Wastu Kancana ketiga dari Mayangsari). Ia pindah dari keraton timur (Galuh) ke Pakuan bersama isteri-isteri Sri Baduga yang lain.


Artinya adalah bahwa PANGERAN CAKRABUANA telah menempati 2 istana yang berbeda selama 21 tahun, yaitu istana Ayahnya yang adalah peninggalan dari kakeknya yaitu PRABU NISKALA WASTU KANCANA dan juga istana Pakuan di Bogor.

Ini memungkinkan bahwa apa yang sudah terekam di kehidupan Pangeran Cakrabuana di kedua Istana itu tidak akan mudah dihilangkan begitu saja . Karena itu , apa yang sudah membuat sang pangeran merasa betah dan nyaman di kedua istana itu akan diterapkan pula pada istana yang dibangunnya di Cirebon , yaitu ISTANA PAKUNGWATI - CIREBON.

Pada jaman itu batu bata sudah dipergunakan , seperti yang terdapat di Istana Pakungwati - Cirebon , peninggalan kerajaan MAJAPAHIT di Trowulan, Jawa Timur dan juga peninggalan Kerajaan di Bali seperti Kerajaan Tabanan atau dan kerajaan Klungkung yang juga adalah keturunan dari raja-raja Majapahit.

Bangunan-bangunan yang ditemukan ditrowulan menggunakan batu-bata dan yang direkatkan satu sama lainnya dengan sistem gosok.



Gapura Bajang Ratu di Trowulan, peninggalan Majapahit yang terbuat dari batu bata.



Gapura Wringin lawang sisa kerajaan Majapahit berbentuk Candi Bentar.


Seperti layaknya sebuah kerajaan di jawa pada saat itu , luar sisi keraton pastilah ada sebuah Pintu Gerbang Kerajaan lalu terdapat alun-alun (lapangan) yang ditanami oleh dua buah pohon beringin dan sampai tiba kepada Istana Raja yang dibatasi oleh tembok istana seperti yang digambarkan beberapa peneliti asing seperti :


LAPORAN SCIPIO (1687)
  • Catatan perjalanan antara Parung Angsana (Tanah Baru) menuju Cipaku dengan melalui Tajur, kira-kira lokasi Pabrik "Unitex" sekarang. Catatannya adalah sbb.: "Jalan dan lahan antara Parung Angsana dengan Cipaku adalah lahan yang bersih dan di sana banyak sekali pohon buah-buahan, tampaknya pernah dihuni".


  • Lukisan jalan setelah ia melintasi Ciliwung. Ia mencatat "Melewati dua buah jalan dengan pohon buah-buahan yang berderet lurus dan 3 buah runtuhan parit". Dari anggota pasukannya, Scipio memperoleh penerangan bahwa semua itu peninggalan dari Raja Pajajaran.

a.Pada jaman Istana Pajajaran masih ada , diluar tembok kota terdapat perkebunan buah yang ditanami oleh rakyat pajajaran pada saat itu.

b.Keadaan istana Pajajaran pada saat itu masih diselimuti oleh kabut dan masih banyak binatang buas , seperti yang diberitakan Scipio sbb :


Penemuan Scipio segera dilaporkan oleh Gubernur Jenderal Joanes Camphuijs kepada atasannya di Belanda. Dalam laporan yang ditulis tanggal 23 Desember 1687, ia memberitakan bahwa menurut kepercayaan penduduk, "dat hetselve paleijs en specialijck de verheven zitplaets van den getal tijgers bewaakt ent bewaart wort" (bahwa istana tersebut terutama sekali tempat duduk yang ditinggikan untuk raja "Jawa" Pajajaran sekarang masih berkabut dan dijaga serta dirawat oleh sejumlah besar harimau).


Laporan Adolf Winkler (1690)
Laporan Scipio menggugah para pimpinan Kumpeni Belanda. Tiga tahun kemudian dibentuk kembali team ekspedisi dipimpin oleh Kapiten Winkler. Pasukan Winkler terdiri dari 16 orang kulit putih dan 26 orang Makasar serta seorang ahli ukur.
Perjalanan ringkas ekspedisi Winkler adalah sebagai berikut :

Seperti Scipio, Winkler bertolak dari Kedung Halang lewat Parung Angsana (Tanah Baru) lalu ke selatan. Ia melewati jalan besar yang oleh Scipio disebut "twee lanen". Hal ini tidak bertentangan Scipio. Winkler menyebutkan jalan tersebut sejajar dengan aliran Ciliwung lalu membentuk siku-siku. Karena itu ia hanya mencatat satu jalan. Scipio menganggap jalan yang berbelok tajam ini sebagai dua jalan yang bertemu.

Setelah melewati sungai Jambuluwuk (Cibalok) dan melintasi "parit Pakuan yang dalam dan berdinding tegak ("de diepe dwarsgragt van Pakowang") yang tepinya membentang ke arah Ciliwung dan sampai ke jalan menuju arah tenggara 20 menit setelah arca. Sepuluh menit kemudian (pukul 10.54) sampai di lokasi kampung Tajur Agung (waktu itu sudah tidak ada). Satu menit kemudian, ia sampai ke pangkal jalan durian yang panjangnya hanya 2 menit perjalanan dengan berkuda santai.

Bila kembali ke catatan Scipio yang mengatakan bahwa jalan dan lahan antara Parung Angsana dengan Cipaku itu bersih dan di mana-mana penuh dengan pohon buah-buhan, maka dapat disimpulkan bahwa kompleks "Unitex" itu pada jaman Pajajaran merupakan "Kebun Kerajaan". Tajur adalah kata Sunda kuno yang berarti "tanam, tanaman atau kebun". Tajur Agung sama artinya dengan "Kebon Gede atau Kebun Raya". Sebagai kebun kerajaan, Tajur Agung menjadi tempat bercengkerama keluarga kerajaan. Karena itu pula penggal jalan pada bagian ini ditanami pohon durian pada kedua sisinya.

Dari Tajur Agung Winkler menuju ke daerah Batutulis menempuh jalan yang kelak (1709) dilalui Van Riebeeck dari arah berlawanan. Jalan ini menuju ke gerbang kota (lokasi dekat pabrik paku "Tulus Rejo" sekarang). Di situlah letak Kampung Lawang Gintung pertama sebelum pindah ke "Sekip" dan kemudian lokasi sekarang (bernama tetap Lawang Gintung). Jadi gerbang Pakuan pada sisi ini ada pada penggal jalan di Bantar Peuteuy (depan kompleks perumahan LIPI). Dulu di sana ada pohon Gintung.

Di Batutulis Winkler menemukan lantai atau jalan berbatu yang sangat rapi. Menurut penjelasan para pengantarnya, di situlah letak istana kerajaan ("het conincklijke huijs soude daerontrent gestaen hebben"). Setelah diukur, lantai itu membentang ke arah paseban tua. Di sana ditemukan tujuh (7) batang pohon beringin.

Di dekat jalan tersebut Winkler menemukan sebuah batu besar yang dibentuk secara indah. Jalan berbatu itu terletak sebelum Winkler tiba di situs Bautulis, dan karena dari batu bertulis perjalanan dilanjutkan ke tempat arca ("Purwa Galih"), maka lokasi jalan itu harus terletak di bagian utara tempat batu bertulis (prasasti). Antara jalan berbatu dengan batu besar yang indah dihubungkan oleh "Gang Amil". Lahan di bagian utara Gang Amil ini bersambung dengan Bale Kambang (rumah terapung). Bale kambang ini adalah untuk bercengkrama raja. Contoh bale kambang yang masih utuh adalah seperti yang terdapat di bekas Pusat Kerajaan Klungkung di Bali.

Dengan indikasi tersebut, lokasi keraton Pajajaran mesti terletak pada lahan yang dibatasi Jalan Batutulis (sisi barat), Gang Amil (sisi selatan), bekas parit yang sekarang dijadikan perumahan (sisi timur) dan "benteng batu" yang ditemukan Scipio sebelum sampai di tempat prasasti (sisi utara). Balekambang terletak di sebelah utara (luar) benteng itu. Pohon beringinnya mestinya berada dekat gerbang Pakuan di lokasi jembatan Bondongan sekarang.

Dari Gang Amil, Winkler memasuki tempat batu bertulis. Ia memberitakan bahwa "Istana Pakuan" itu dikeliligi oleh dinding dan di dalamnya ada sebuah batu berisi tulisan sebanyak 8 1/2 baris (Ia menyebut demikian karena baris ke-9 hanya berisi 6 huruf dan sepasang tanda penutup).

Yang penting adalah untuk kedua batu itu Winkler menggunakan kata "stond" (berdiri). Jadi setelah terlantar selama kira-kira 110 th (sejak Pajajaran burak, bubar atau hancur, oleh pasukan Banten th 1579), batu-batu itu masih berdiri, masih tetap pada posisi semula.
Dari tempat prasasti, Winkler menuju ke tempat arca (umum disebut Purwakalih, 1911 Pleyte masih mencatat nama Purwa Galih). Di sana terdapat tiga buah patung yang menurut informan Pleyte adalah patung Purwa Galih, Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung. Nama trio ini terdapat dalam Babad Pajajaran yang ditulis di Sumedang (1816) pada masa bupati Pangeran Kornel, kemudian disadur dalam bentuk pupuh 1862. Penyadur naskah babad mengetahui beberapa ciri bekas pusat kerajaan seperti juga penduduk Parung Angsana dalam tahun 1687 mengetahui hubungan antara "Kabuyutan" Batutulis dengan kerajaan Pajajaran dan Prabu Siliwangi. Menurut babad ini, "pohon campaka warna" (sekarang tinggal tunggulnya) terletak tidak jauh dari alun-alun.

Kesimpulannya :


a. Dari laporan ini masih ditemukan bekas perkebunan buah ( yang disebut-sebut sebagai kebun kerajaan)

b. Ditemukan jalan berbatu yang sangat rapih.

c. Terdapat bale kambang atau tempat bercengkrama keluarga kerajaan di luar tembok kota.

d. Ditemukan prasasti (batutulis) yang dibuat oleh Prabu Surawisesa , untuk mengenang Prabu
Sri Baduga Maharaja dan Kakeknya Maharaja Wastu Kancana.


Gapura Wringin Lawang (Majapahit) disaat ditemukan.
Kenapa peninggalan seperti ini tidak ditemukan di Bogor ?


Gapura Bajang Ratu (Majapahit) saat ditemukan


Laporan Abraham van Riebeeck (1703, 1704, 1709)


Abraham adalah putera Joan van Riebeeck pendiri Cape Town di Afrika Selatan. Penjelajahannya di daerah Bogor dan sekitarnya dilakukan dalam kedudukan sebagai pegawai tinggi VOC. Dua kali sebagai Inspektur Jenderal dan sekali sebagai Gubernur Jenderal. Kunjungan ke Pakuan tahun 1703 disertai pula oleh istrinya yang digotong dengan tandu.

Rute perjalanan tahun 1703: Benteng - Cililitan - Tanjung - Serengseng - Pondok Cina - Depok -Pondok Pucug (Citayam) - Bojong Manggis (dekat Bojong Gede) - Kedung Halang - Parung Angsana (Tanah Baru).
Rute perjalanan tahun 1704: Benteng - Tanah Abang - Karet - Ragunan - Serengseng - Pondok Cina dan seterusnya sama dengan rute 1703.
Rute perjalanan tahun 1709: Benteng - Tanah Abang - Karet - Serengseng - Pondok Pucung - Bojong Manggis - Pager Wesi - Kedung Badak - Panaragan.
Berbeda dengan Scipio dan Winkler, van Riebeeck selalu datang dari arah Empang. Karena itu ia dapat mengetahui bahwa Pakuan terletak pada sebuah dataran tinggi. Hal ini tidak akan tampak oleh mereka yang memasuki Batutulis dari arah Tajur. Yang khusus dari laporan Van Riebeeck adalah ia selalu menulis tentang "de toegang" (jalan masuk) atau "de opgang" (jalan naik) ke Pakuan.
Beberapa hal yang dapat diungkapkan dari ketiga perjalanan Van Riebeeck adalah:
Alun-alun Empang ternyata bekas alun-alun luar pada zaman Pakuan yang dipisahkan dari benteng Pakuan dengan sebuah parit yang dalam (sekarang parit ini membentang dari Kampung Lolongok sampai Ci Pakancilan).
Tanjakan Bondongan yang sekarang, pada jaman Pakuan merupakan jalan masuk yang sempit dan mendaki sehingga hanya dapat dilalui seorang penunggang kuda atau dua orang berjalan kaki.
Tanah rendah di kedua tepi tanjakan Bondongan dahulu adalah parit-bawah yang terjal dan dasarnya bersambung kepada kaki benteng Pakuan. Jembatan Bondongan yang sekarang dahulunya merupakan pintu gerbang kota.
Di belakang benteng Pakuan pada bagian ini terdapat parit atas yang melingkari pinggir kota Pakuan pada sisi Ci Sadane.
Pada kunjungan tahun 1704, di seberang "jalan" sebelah barat tempat patung "Purwa Galih" ia telah mendirikan pondok peristirahatan ("somerhuijsje") bernama "Batutulis". Nama ini kemudian melekat menjadi nama tempat di daerah sekitar prasasti tersebut.
Kesimpulannya :

a. Terdapat alun-alun luar di masa kerajaan Pajajaran.
b. Benteng pertahanan Kerajaan Pajajaran adalah Parit yang sangat terjal , yang memungkinkan
bahwa pada saat itu sangat sulit sekali musuh menembus benteng ini.
c. Setelah menaiki parit yang terjal barulah ada gerbang memasuki kota Pakuan saat itu.

Gerbang istana Pakungwati , Cirebon



Setelah kita bahas masalah luar tembok istana , mari kita bahas mengenai ISTANANYA, seperti apa ?
Kita kembali melihat Istana Pakungwati yang di bangun oleh Pangeran Cakrabuana.
1. PANCANITI : adalah Bangunan Joglo dengan empat tiang : tempat jaga prajurit
2. SITI HINGGIL : adalah bangunan yang posisinya lebih tinggi , bangunan segi empat dengan
atap berbentuk limas yang ditopang oleh 4 buah tiang
3.GERBANG Candi Bentar Disisi Utara dan Selatan, ada sebuah lukisan CANDRASANGKALA
yang berbunyi Benteng Tinata Bata Kuta atau yang menyebutkan angka tahun 1347 Caka
atau 1425 Masehi.
3.SEMAR KINANDU : Bangunan lain di siti Hinggil, Tempat penghulu Keraton.
4.MALANG SEMIRANG : Bangunan segi empat dengan 4 tiang tempat duduk Sultan bila ada
upacara keagamaan.
5.GAMELAN SEKATI: Berbentuk segi empat , tiang empat buah atap berdaun sirap , tempat
menyimpan Gamelan .
6.TEMPAT DUDUK SULTAN : yang disebut sebagai Siti Hinggil.
7.PASEBEM PANGADA :untuk tempat Prajurit , dan didepannya ada tembok kedua untuk
memasuki keraton yang disebut Pintu Gledek yang berbentuk Paduraksa
berjumlah 2 buah.
8.DALEM AGUNG :
- KARANG PAWITAN : Padepokan sebagai tempat tinggal guru ngaji.
- TAMAN SARI : Tempat mandi para Putri Raja
- GEDONG SINGA : terletak di sebelah Timur pintu tengah , dipergunakan untuk menyimpan
kereta singa dengan ukiran yang sangat indah dibagian kepala dan sayap.
Ditarik oleh kerbau bule.
- SRIMANGANTI : Sebelah gedong singa , tempat jaga Perwira kerajaan.
- LUNJUK : Fungsi hampir sama dengan SRIMANGANTI.
- LAPANGAN RUMPUT ada arca Singa Kembar yang saling berhadapan .


9. JINEM PANGRAWIT : Terdapat diruang dalam (ruang Utama) ruangan ini terbuka dan
berguna sebagai ruang penerima tamu.
10.PRINGGODANI : Sebagai tempat upacara penerimaan tamu keraton.
11.Sebelah selatan Pringgodani ada ruang bertangga untuk menyimpan jenasah sultan sebelum
dikebumikan . Ini juga terdapat di Istana Ratu Boko Jogjakarta yang dibangun
tahun 800 an Masehi.
12.DALEM ARUM : sebelah kiri Pringgodani, sebagai tempat tinggal Raja.
13.KEPUTREN : Tempat tinggal para Putri Raja.
14.Dibelakang Keraton ada Lapangan Rumput yang luas sebagai taman keraton , dilengkapi oleh
kolam ikan dan gunung-gunungan.



Gerbang IstanaPakungwati berbentuk Candi Bentar
Bangunan terbuka dengan tiang 4 buah adalah tempat prajurit istana.


Gerbang istana Pakungwati , Cirebon



Pintu Gledek, Istana Pakungwati.

Contoh Taman sari Kraton Jogjakarta.


Salah satu Contoh Kolam di istana Raja di Bali.



Sebuah kolam di Istana Pakungwati.



* ada gambaran lain mengenai istana SURAWISESA DAN ISTANA DIPAKUAN , yaitu kalimat didalam CARITA RATU PAKUAN seperti :

artinya :

Tersebutlah Ambetkasih bersama madu-madunya bergerak payung kebesaran melintas tugu yang seia dan sekata hendak pulang ke Pakuan kembali dari keraton di timur halaman cahaya putih induk permata cahaya datar namanya keraton berseri emas permata rumah berukir lukisan alun di Sanghiyang Pandan-larang keraton penenang hidup.

Diceritakan disini bahwa Istana Surawisesa adalah istana yang megah bersinar bagai permata , banyak ornamen istana terbuat dari Emas dan banyak profil terbuat dari kayu jati yang diukir.

Mengenai bentuk ukirannya bisa kita jumpai di Pintu Gledek keraton Pakungwati atau pada ornamen-ornamen di tiang Masjid Ciptarasa Cirebon yang dibangun pada tahun 1480-an .

* Jalan raya pedati di kota Pakuan Bogor lebih baik dari Jalan yang berada di kota Kawali, Ciamis sebagai ibukota kerajaan Galuh , Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja) telah membuat jalan yang dibatu , membuat parit benteng kota, membuat hutan Samida , membuat Telaga Renawijaya . Ini diceritakan oleh Prabu Surawisesa yang adalah putra bungsu dari Sri Baduga Maharaja (Raja Sunda) adik satu ayah dari Pangeran Cakrabuana yang ditulisnya pada sebuah Batu, dan Prasasti ini sekarang masih berada dikawasan Batutulis, Bogor Selatan.

* Ada petilasan jalan pedati yang sampai sekarang , baik keadaan fisik maupun tempatnya masih terawat sampai saat ini. Jalan Raya Pedati ini menghubungkan antara Galuh menuju Pakuan. Bisa dijumpai di Kabuyutan / Petilasan Ciung Wanara disitus KARANGKAMULYAAN, Ciamis.


KENAPA TIDAK DIJUMPAI SISA ISTANA PAKUAN DAN ISTANA SURAWISESA ?


Ini adalah pertanyaan yang belum terpecahkan, kenapa ? Sebab di dua kota ini , yaitu Bogor dan Ciamis sama sekali tidak dijumpai sisa-sisa yang diketemukan. Apakah kedua Istana ini memang dihancur leburkan rata dengan tanah ?

Gapura kerajaan Majapahit pada saat diketemukan masih tampak kokoh dan tidak terkubur oleh tanah (lihat gambar diatas) karena memang gapura itu adalah bangunan yang tinggi. Sedangkan sisa peninggalan lainnya di Trowulan sudah terkubur setebal 1 meter dari lapisan atas tanah.

a.Kalaupun di Bogor dan Ciamis terdapat Gapura Kota atau Gapura Istana pasti keberadaannya juga akan tampak oleh kita sekarang ini karena tidak ikut terkubur oleh tanah.

b.Kalaupun ada sisa peninggalan dari kerajaan Pajajaran pasti akan terlacak oleh SCIPIO yang ekspedisinya dilakukan tahun 1687 . Padahal kerajaan Pajajaran hilang pada tahun 1579 pada saat dipimpin oleh PRABU RAGA MULYA artinya baru 108 tahun setelah dihancurkan oleh kesultanan Banten.



====Selesai====


Foto dan bahan bacaan :


-Wikipedia Ensiklopedia
-Bandanaku multiply
-Majapahit Kingdom.com
-Mampir sana-sini.multiply
-BP3 Jawa Timur
-Regol Jogja
-Lukisankacacirebon.Blogspot
-Sunda islam.wordpress

1 komentar:

  1. bagus kang lumayan lengkap penjelasannya, kebetulan saya orang bogor tinggal di sekip, deket batu tulis, udah lama baca artikel mengenai pajajaran..kalau bisa adain napak tilas..saya mau ajak anak2 saya biar tau bahwa dulu ada kerajaan sunda..yang kawentar dimana-mana

    BalasHapus