Selasa, 28 Oktober 2008

Turunan Raja Sunda / Pajajaran Yang tersisa ( II )





TURUNAN RAJA PAJAJARAN YANG TERSISA SEKARANG ?

Setelah dibahas pada Bab Turunan Raja Pajajaran Yang Tersisa (I) diketahui bahwa yang masih tercatat sebagai keturunan raja Pajajaran yang masih ada adalah semua keturunan dari Sunan Gunung Jati dari Cirebon , yaitu :



1. Keluarga Sultan Kasepuhan Cirebon ( sudah dibahas )

2. Keluarga Sultan Kanoman , Cirebon

3. Keluarga Sultan Kecirebonan

4. Keluarga Panembahan Cirebon.



Pintu Masuk Keraton Kanoman



  • SILSILAH KELUARGA SULTAN KANOMAN

1. Sunan Gunung Jati
2. Panembahan Pasarean Muhammad Tajul Arifin

3. Panembahan Sedang Kemuning

4. Panembahan Ratu Cirebon

5. Panembahan Mande Gayem

6. Panembahan Girilaya

7. Para Sultan :

- Sultan Kanoman I ( Sultan Badridin )
- Sultan Kanoman II ( Sultan Muhamamad Chadirudin )
- Sultan Kanoman III ( Sultan Muhamamad Alimudin )
- Sultan Kanoman IV ( Sultan Muhamamad Chadirudin )
- Sultan Kanoman V ( Sultan Muhamamad Immamudin )
- Sultan Kanoman VI ( Sultan Muhamamad Kamaroedin I )
- Sultan Kanoman VII ( Sultan Muhamamad Kamaroedin )
- Sultan Kanoman VIII ( Sultan Muhamamad Dulkarnaen )
- Sultan Kanoman IX ( Sultan Muhamamad Nurbuat )
- Sultan Kanoman X ( Sultan Muhamamad Nurus )
- Sultan Kanoman XI ( Sultan Muhamamad Jalalludin )

  • SILSILAH SULTAN KERATON KECIREBONAN


1. Pangeran Pasarean


2. Pangeran Di Pati Carbon


3. Panembahan Ratu Pangeran Dipati Anom Carbon


4. Pangeran Dipati Anom Carbon


5. Panembahan Girilaya


6. Sultan Moh Badridini Kanoman


7. Sultan Anom Raja Mandurareja Kanoman


8. Sultan Anom Alimudin


9. Sultan ANom Moh Kaerudin


10. Sultan Carbon Kaceribonan


11. Pangeran Raja Madenda


12. Pangeran Raja Denda Wijaya


13. Pangeran Raharja Madenda


14. Pangeran Raja Madenda


15. Pangeran Sidek Arjaningrat


16. Pangeran Harkat Natadiningrat


17. Pangeran Moh Mulyono Ami Natadiningrat


18. KGPH Abdulgani Natadiningrat Dekarangga




  • SILSILAH PANEMBAHAN CIREBON


1. Sunan Gunung Jati


2. Panembahan Pasarean Muhammad Tajul Arifin


3. Panembahan Sadang Kemuning


4. Panembahan Ratu Cirebon


5. Panembahan Mande Gayem


6. Panembahan Girilaya


7. Pangeran Wangsakerta ( Panembahan Cirebon I )


8. Panembahan Cirebon II ( Syech Moch Abdullah )


9. Panembahan Cirebon II ( Syech Moh Abdullah II )


10. Panembahan Syech Kalibata


11. Panembahan Syech Moch abdurrochman


12. Panembahan Syech Moch.Yusuf


13. Panembahan Moch Abdullah


14. Panembahan Jaga Raksa


15. K.H Moch Syafe'i


16. K.H Moch Muskawi


17. H. Moch Parma


18. H.Salimmudin


19.Hj. Siti Ruqoyah

II. KETURUNAN RAJA GALUH/KAWALI .

Prabu Borosngora adalah Adik dari Prabu Lingga Buana (Maharaja Sunda & Galuh) yang berkedudukan di Kawali , Ciamis . Pada saat Prabu Lingga Buana wafat dalam perang Bubat dengan Patih Gajah Mada, termasuk yang wafat adalah 3 putra beliau dan yang tersisa adalah Prabu Niskala Wastu Kancana yang saat itu masih berusia 9 tahun.

Sebagai pengganti diangkatlah Prabu Borosngora sebagai Raja Galuh di Kawali menggantikan kakaknya sampai usia Niskala Wastu Kancana cukup untuk menjadi Raja Galuh.

Setelah Prabu Niskala Wastu Kancana dinobatkan menjadi Raja Galuh , Pamannya yaitu Prabu Borosngora kembali ke Panjalu yang waktu itu adalah sudah menjadi kerajaan bawahan dari Sunda/Galuh.

berikut ini adalah silsilah dari KERAJAAN PANJALU :

1. Batara Tesnajati

2. Batara Layah

3. Batara Karimun Putih

4. Prabu Sanghyang Ranggagumilang ( Kebataraan Panjalu berubah menjadi kerajaan )

5. Prabu Sanghyang Lembu Sempulur I

6. Prabu Sanghyang Cakradewa

7. Prabu Sanghyang Lembu Sempulur II (kemudian mendirikan Kerajaan di Cimalaka sumedang )

8. Prabu Sanghyang Borosngora ( Prabu Bunisora ) , menggantikan posisi kakaknya menjadi Raja Panjalu.

9. Prabu Hariang Kuning.

10.Prabu Hariang Kancana ( mengganti posisi kakaknya Hariang Kuning menjadi Raja Panjalu)Setelah wafat di pusarakan di Nusa Larang , Situ Lengkong Panjalu.

11.Prabu Hariang Kuluk Kukunangteko. setelah wafat dipusarakan di Cilanglung , Simpar - Panjalu.

12.Prabu Hariang Kanjut Kadali Kancana, dipusarakan di sareupeun, Hujung Tiwi - Panjalu.

13.Prabu Hariang Kadacut Martabaya. dipusarakan di Hujungwinangun, Situ lengkong, Panjalu

14.Prabu Hariang Kunang Natabaya. Pada saat ini status kerajaan Panjalu diturunkan oleh Mataram menjadi Kabupaten. dipusarakan di Buninagara, Simpar - Panjalu.

15.Raden Arya Sumalah . Sebagai Bupati pertama Panjalu dibawah Mataram. Dipusarakan di Buninagara Simpar, Panjalu.

16.Raden Arya Sacanata/ Pangeran Arya Salingsingan. menggantikan posisi kakanya yang meninggal diusia muda, sedangkan anak Rd.Arya Sumalah masih belia. Dipusarakan di Nombo Dayeuhluhur , Kabupaten Cilacap.

17.Raden Arya Wirabaya. anak dari Raden arya Sumalah , oleh Sunan Amangkurat I dinobatkan menjadi Bupati Panjalu menggantikan pamannya Rd.Arya Sacanata. dan dipusarakan di Cilamping, Panjalu.

18.Raden Tumenggung Wirapraja. Setelah wafat dipusarakan di Warudoyong, Panumbangan , Ciamis.

19.Raden Tumenggung Cakranagara I. adalah salah seorang putra dari Raden Arya Sacanata dan diangkat oleh Pangeran Arya Cirebon menjadi Bupati Panjalu. Dan dipusarakan di Cinagara, desa Simpar - Panjalu.

20.Raden Tumenggung Cakranagara II. Dipusarakan di Puspaligar, Panjalu.

21.Raden Tumenggung Cakranagara III. Pada saat ini Gubernur jendral Belanda menurunkan posisi Panjalu dari Kabupaten menjadi Kademangan (Wedana). putranya yaitu Raden Demang Sumawijaya menjadi Demang Panjalu dan adiknya Raden Arya Cakradikusumah menjadi Demang Kawali.

22.Raden Demang Sumawijaya. Dipusarakan di Nusa Larang, Situ Lengkong , Panjalu.

23.Raden Demang Aldakusumah. mempunyai sepupu (putra wedana Kawali) yaitu Raden Argakusumah diangkat menjadi Wedana Indramayu dengan gelar Raden Tumenggung Cakranagara IV. Keduanya dipusarakan di Nusalarang .

24.Raden Kertadipraja. Sudah tidak lagi menjadi Demang, karena Panjalu sudah berubah menjadi Kecamatan , dibawah Kabupaten Galuh (tahun 1915 berubah menjadi Kabupaten Ciamis).

(disadur dari Webblog : Panjaloe.wordpress.com)

======

Foto : Pribadi

disadur dari : Wikipedia , panjaloe.wordpress.com

Keturunan Pajajaran yang tersisa (I)






SIAPAKAH KETURUNAN YANG MASIH HIDUP DARI KERAJAAN SUNDA / PAJAJARAN ?


Ada 5 Keluarga yang tercatat masih ada hubungan darah dengan Raja - raja Sunda / Pajajaran , sekarang ini , yaitu :



I. Keturunan dari Sunan Gunung Jati.


- Keluarga Keraton Kasepuhan , Cirebon
- Keluarga Keraton Kanoman , Cirebon
- Keluarga Keraton Kacirebonan, Cirebon
- Keluarga Panembahan Cirebon

II. Keturunan dari Prabhu Borosngora , Panjalu - Ciamis.

I. SILSILAH SUNAN GUNUNG JATI.

Sunan Gunung Jati bernama Syarif Hidayatullah, lahir sekitar tahun 1450. Ayah beliau adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar.Jamaluddin Akbar adalah seorang Muballigh dan Musafir besar dari Gujarat , India yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi kaum Sufi di tanah air. Syekh Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra Syekh Muhammad Shahib Mirbath , ulama besar di Hadramaut , Yaman yang silsilahnya sampai kepada RASULULLAH melalui cucu beliau IMAM HUSAIN.

Ibunda.

Ibunda Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang , seorang putri keturunan Kerajaan Sunda, anak dari SRI BADUGA MAHARAJA / PRABU JAYA DEWATA, atau dikenal juga sebagai PRABU SILIWANGI dari perkawinannya dengan Nyai Subang Larang Seorang Muslim yang pernah belajar agama di Pasantren Syekh Quro di Karawang , yang didirikan sekitar tahun 1400. Makam dari NYAI RARA SANTANG bisa kita temui di dalam klenteng di Pasar Bogor, berdekatan dengan pintu masuk Kebun Raya Bogor.


NYAI RARA SANTANG ( Ibunda Syarif Hidayatullah ) adalah adik PANGERAN WALANGSUNGSANG bergelar PANGERAN CAKRABUANA / CAKRABUMI atau Mbah Kuwu Cirebon Girang (Pendiri Kota Cirebon) yang berguru kepada Syekh Datuk Kahfi, seorang Muballigh asal Baghdad bernama asli Idhafi Mahdi.




Keraton Kasepuhan, Cirebon
( Dibelakang Kraton ini terdapat Kraton Pakungwati - Kraton Asli Kerajaan Cirebon )


SILSILAH DARI KERAJAAN PAJAJARAN ( dari Pihak Ibu ).
- Prabhu Lingga Buana ( yang gugur dalam perang Bubat )
- Prabhu Niskala Wastu Kancana ( Raja Sunda - Galuh )
- Prabhu Dewa Niskala ( Raja Galuh-Kawali )
- Prabhu Jaya Dewata / Sri Baduga Maharaja / Prabu Siliwangi
- Rara Santang yang adalah Putri dari Prabhu Siliwangi.
- SUNAN GUNUNG JATI.


Pintu Gerbang Keraton Kasepuhan


SILSILAH KELUARGA SULTAN KERATON KASEPUHAN
1. Pangeran Pasarean
2. Pangeran di Jati Carbon
3. Panembahan Ratu
4. Pangeran Dipati Anom Carbon
5. Panembahan Girilaya
6. Sultan Raja Syamsudin
7. Sultan Raja Tajularipin Jamaludin
8. Sultan Sepuh Raja Jaenudin
9. Sultan Sepuh Raja Suna Moh Jaenudin.
10. Sultan Sepuh Safidin Matangaji
11. Sultan Sepuh Hasanudin
12. Sultan Sepuh I
13. Sultan Sepuh Raja Samsudin I
14. Sultan Sepuh Raja Samsudin II
15. Sultan Sepuh Raja Ningrat
16. Sultan Sepuh Jamaludin Aluda
17. Sultan Sepuh Raja Rajaningrat
18. Sultan Pangeran Raja Adipati H.Maulana Pakuningrat, SH
19. Sultan Pangeran Adipati Arif Natadiningrat.
===============

Foto : Pribadi
Sumber : Wikipedia , Babad Cirebon.

Senin, 27 Oktober 2008

NISKALA WASTU KANCANA


PRABU NISKALA WASTU KANCANA :
INILAH JEJAK (TAPAK) (DI) KAWALI TAPA BELIAU YANG MULIA PRABHU RAJA WASTU, YANG MENDIRIKAN BENTENG (BERTAHTA) DI KAWALI YANG TELAH MEMPERINDAH KEDATON SURAWISESA, YANG MEMBUAT PARIT PERTAHANAN DI SEKELILING KERAJAAN, YANG MEMAKMURKAN PEMUKIMAN , KEPADA YANG DATANG , HENDAKNYA MENERAPKAN KESELAMATAN SBG LANDASAN KEMENANGAN HIDUP DI DUNIA.





Prabu Niskala Wastu Kancana adalah putera Prabu Maharaja Lingga Buana yang gugur di medan Bubat dalam tahun 1357. Ketika Ayahanda Prabu Niskala Wastu Wafat pada saat perang Bubat dengan Gajah Mada, usia Wastu Kancana baru 9 tahun dan ia adalah satu-satunya ahli waris kerajaan yang hidup karena ketiga kakaknya meninggal. Pemerintahan kemudian diwakili oleh pamannya Mangkubumi Suradipati atau Prabu Bunisora (ada juga yang menyebut Prabu Kuda Lalean, sedangkan dalam Babad Panjalu disebut Prabu Borosngora. Selain itu ia pun dijuluki Batara Guru di Jampang karena ia menjadi pertapa dan resi yang ulung). Mangkubumi Suradipati dimakamkan di Geger Omas.



Setelah pemerintahan di jalankan pamannya yang sekaligus juga mertuanya, Wastu Kancana dinobatkan menjadi raja pada tahun 1371 pada usia 23 tahun. Permaisurinya yang pertama adalah Lara Sarkati puteri Lampung. Dari perkawinan ini lahir Sang Haliwungan, yang setelah dinobatkan menjadi Raja Sunda bergelar Prabu Susuktunggal. Permaisuri yang kedua adalah Mayangsari puteri sulung Bunisora atau Mangkubumi Suradipati. Dari perkawinannya dengan Mayangsari lahir Ningrat Kancana, yang setelah menjadi penguasa Galuh bergelar Prabu Dewa Niskala.

Setelah Wastu Kancana wafat tahun 1475, kerajaan dipecah dua diantara Susuktunggal dan Dewa Niskala dalam kedudukan sederajat. Politik kesatuan wilayah telah membuat jalinan perkawinan antar cucu Wastu Kencana. Jayadewata, putera Dewa Niskala, mula-mula memperistri Ambetkasih, puteri Ki Gedeng Sindangkasih, kemudian memperistri Subanglarang. Yang terakhir ini adalah puteri Ki Gedeng Tapa yang menjadi Raja Singapura.
Subanglarang ini keluaran pesantren Pondok Quro di Pura, Karawang. Ia seorang wanita muslim murid Syekh Hasanudin yang menganut Mazhab Hanafi. Pesantren Qura di Karawang didirikan tahun 1416 dalam masa pemerintahan Wastu Kancana. Subanglarang belajar di situ selama dua tahun. Ia adalah nenek Syarif Hidayatullah.
Kemudian Jayadewata memperistri Kentring Manik Mayang Sunda puteri Prabu Susuktunggal. Jadilah antara Raja Sunda dan Raja Galuh yang seayah ini menjadi besan.

JAYADEWATA adalah apa yang sekarang ini dikenal sebagai SRI BADUGA MAHARAJA atau Prabu Siliwangi.

PRABU NISKALA WASTU KANCANA adalah salah satu Raja Sunda/Galuh yang namanya ada dibeberapa prasasti di Jawa Barat dan juga terdapat dalam Naskah Kuno CARITA PARAHYANGAN serta PUSTAKA RAJYARAJYA I BHUMI NUSANTARA karya P.Wangsakerta.


1. Prasasti Batutulis Bogor :




Prasasti Batutulis Bogor


tulisannya :

Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun,
diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana
di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata
pun ya nu nyusuk na pakwan
diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang
ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanl sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi


Terjemahan :

Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum
Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana ,
dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Dialah yang membuat parit (pertahanan) PAKUAN
Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.
Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida[1], membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi".


Catatan :

-Lokasi hutan samida ini konon yang sekarang dipakai sebagai Kebun Raya Bogor.
-Ini adalah sangkala yang artinya adalah 5 5 4 1 atau kalau dibalik adalah 1455 Saka (1533 Masehi)


2. Prasasti Astana Gede , Kawali


Prasasti Astana Gede atau Prasasti Kawali merujuk pada beberapa prasasti yang ditemukan di kawasan KABUYUTAN KAWALI, kabupaten Ciamis , Jawa Barat , terutama pada prasasti "utama" yang bertulisan paling banyak (Prasasti Kawali I). Adapun secara keseluruhan, terdapat enam prasasti. Kesemua prasasti ini menggunakan bahasa dan AKSARA SUNDA (Kaganga). Meskipun tidak berisi candrasangkala , prasasti ini diperkirakan berasal dari paruh kedua abad ke-14 berdasarkan nama raja .

Berdasarkan perbandingan dengan peninggalan sejarah lainnya seperti naskah Carita Parahyangan dan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, dapat disimpulkan bahwa Prasasti Kawali I ini merupakan sakakala atau tugu peringatan untuk mengenang kejayaan Prabu Niskala Wastu Kancana, penguasa Sunda yang bertahta di Kawali, putra Prabu Linggabuana yang gugur di Bubat.


Prasasti I : Astana Gede - Kawali , Ciamis


Teks di bagian muka:

nihan tapa kawa-
li nu sang hyang mulia tapa bha-
gya parĕbu raja wastu
mangadĕg di kuta ka-
wali nu mahayuna kadatuan
sura wisesa nu marigi sa-
kuliling dayĕh. nu najur sakala
desa aja manu panderi pakĕna
gawe ring hayu pakĕn hebel ja
ya dina buana

Teks di bagian tepi tebal:

hayua diponah-ponah
hayua dicawuh-cawuh
inya neker inya angger
inya ninycak inya rempag


Terjemahan teks di bagian muka:


Inilah jejak (tapak) (di) Kawali (dari) tapa beliau Yang Mulia Prabu Raja Wastu (yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali, yang telah memperindah kedaton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan di sekeliling wilayah kerajaan, yang memakmurkan seluruh pemukiman. Kepada yang akan datang, hendaknya menerapkan keselamatan sebagai landasan kemenangan hidup di dunia.

Teks di bagian tepi tebal:

Jangan dimusnahkan!
Jangang semena-mena!
Ia dihormati, ia tetap.
Ia menginjak, ia roboh.



Di Batu inilah Para Raja Galuh dan Juga Raja Sunda dinobatkan
menjadi Raja ( terletak di Kabuyutan Kawali ) : Astana Gede.



Ini adalah tempat bercermin ( Lubang ditengah berisi air ) para permaisuri dan Putri
kerajaan Galuh / Sunda .




Prasasti Kawali III



Prasasti Kawali II


PRASASTI II.

Aya ma
nu ngeusi bha-
gya kawali ba-
ri pakena kere-
ta bener
pakeun na(n)jeur
na juritan.

Terjemahannya :
(semoga ada (mereka) yang kemudian mengisi (negeri) Kawali ini dengan kebahagiaan sambil membiasakan diri berbuat kesejahteraan sejati agar tetap unggul dalam perang).

Wasiat ini benar-benar memiliki makna yang universal. Mungkin jika dilarapkan untuk teori kepemimpinan tepat juga jika kaitkan dengan pepatah : Raja adil raja disembah – raja lalim raja disanggah. Raja yang tak mampu mensejahtrahkan rakyatnya, maka ia tak mungkin menguasai pentataan rakyatnya.

=PRASASTI KAWALI III

Prasasti kawali III berisikan : " Semoga ada yang menghuni di Kawali ini yang melaksanakan kemakmuran dan keadilan agar unggul dalam perang.

=PRASASTI KAWALI IV

Prasasti Kawali IV berisikan : " Sang Hyang Lingga Bingba "

=PRASASTI KAWALI V.

Prasasti Kawali V berisikan : Membentuk kotak kotak bujur sangkar berjumlah 45 buah ( 9 x 5 kotak ) seperti kalender ( kolenjer ). dibawah Kolenjer terdapat gambar telapak tangan dan sepasang telapak kaki.
Prasasti Kawali V berisikan : " Demikianlah ". kemungkinan prasasti ini adalah prasasti penutup, meskipun prasasti yang lain belum dapat diurutkan secara pasti

=PRASASTI KAWALI VI.
Prasasti yang berukuran panjang 72 cm dan lebar 62 cm , dalam posisi tidur didalamnya terdapat 6 baris tulisan.
berisikan : "peninggalan dari (yang) astiti (dari) rasa yang ada, yang menghuni kota ini jangan berjudi bisa sengsara ".


==========

Foto : Pribadi (selain foto batutulis Bogor : Wikipedia )
Bahan cerita : Wikipedia

Jumat, 24 Oktober 2008

Batu tulis di Citapen - Ciamis .

Hari Minggu malam tanggal 29 September 2008 dikampung halaman istri tersayang di tepian sungai Cisanggarung - Cirebon , saya sangat gelisah . Bagaimana tidak besok pagi-pagi sekali setelah sahur saya akan mendatangi sebuah Batu bertulis (Rock Art) yang letaknya tepat diperbatasan Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Ciamis. Batu bertulis ini memang kurang dikenal masyarakat, tapi rasa penasaran saya untuk mengunjunginya begitu menggebu.

Perjalanan ini bukan yang biasanya , karena menurut informasi bila ingin mempersingkat perjalanan harus menyeberangi sungai yang belum ada jembatannya, dengan kata lain saya harus menyeberangi sungai mempergunakan rakit. daripada mempergunakan mobil yang harus memutar melalui jalan raya Cirebon-Ciamis , membelok di Hayawang ( Sebelum Kecamatan Kawali ) menuju Kecamatan Rancah melalui Kecamatan Rajadesa-Ciamis.

Dengan tidak bersusah payah merayu adik ipar untuk pinjam motornya , saya akhirnya berangkat menuju Dusun Citapen Pasir , Desa Sujaya , Kecamatan Rajadesa ( Lebih dekat dari Kecamatan Rancah ) yaitu tempat Situs Citapen berada di Kabupaten Ciamis , tepat pada jam 5.30 pagi ( setelah sahur ).

Angin pagi menerpa saya membuat badan jadi segar maklum dua hari berada di Cirebon yang pada saat itu berhawa wuihhh........Puanas buangeet...!!!!



Gunung Ciremai, Cirebon.


Di tengah jalan saya mencoba memfoto gunung Ceremai yang namanya disebut sebut dalam Naskah Bujangga Manik yang ditulis tahun 1400 M. Seperti cuplikannya :

Meuntas aing di Ci-punagara, Lurah Medang Kahiyangan,

Ngalalar ka Tampo Omas, meuntas aing di Ci-Manuk ,

ngalalar ka pada beunghar, ngalalar aing ka Conam.

Katukang bukit Ceremay , Saucunduk ka Luhur Agung , meuntasing di Ci-Sanggarung.
dst......

Catatan :

Naskah Bujangga Manik merupakan salah satu peninggalan dari naskah berbahasa Sunda yang sangat berharga. Naskah ini ditulis pada DAUN NIPAH, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata, dan saat ini disimpan di PERPUSTAKAAN BODLEIAN di Oxford sejak tahun 1627 ( diteliti dan di terjemahkan oleh Noorduyn tahun 1968 :469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181). Naskah Bujangga Manik seluruhnya terdiri dari 29 daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata.


Yang menjadi tokoh dalam naskah ini adalah PRABU JAYA PAKUAN alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari Kerajaan Sunda yang, walaupun merupakan seorang prabu pada keraton Pakuan Pajajaran (ibu kota kerajaan, yang bertempat di wilayah yang sekarang menjadi kota Bogor), lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi. Sebagai seorang resi, dia melakukan dua kali perjalanan dari Pakuan Pajajaran ke Jawa. Pada perjalanan kedua Bujangga Manik malah singgah di Bali untuk beberapa lama serta ke Pulau Sumatera. Pada akhirnya Bujangga Manik bertapa di sekitar Gunung Patuha sampai akhir hayatnya. Jelas sekali , dari ceritera dalam naskah tersebut, bahwa naskah Bujangga Manik berasal dari jaman sebelum Islam masuk ke Tatar Sunda. Naskah tersebut tidak mengandung satu pun kata-kata yang berasal dari bahasa Arab. Penyebutan Majapahit, Malaka dan Demak Demak memungkinkan kita untuk memperkirakan bahwa naskah ini ditulis dalam akhir tahun 1400-an atau awal tahun 1500-an.

Naskah ini sangat berharga karena menggambarkan topografi pulau Jawa pada sekitar abad ke-15. Lebih dari 450 nama tempat, gunung dan sungai disebutkan dalam naskah. Sebagian dari nama-nama tempat tersebut masih digunakan sampai sekarang.


Nyebrang Sungai Cijolang dengan Rakit.

Setelah melewati Waduk Darma (Kuningan) yang pemandangannya lumayan bagus lalu saya menuruni bukit yang bverkelok - kelok dan menerobos batas Kecamatan CIKIJING yang merupakan wilayah Kabupaten Majalengka , jalan akhirnya mulai menanjak dan tibalah diatas bukit yang saya lupa namanya lalu motor saya belokan kekiri untuk untuk menuju ke Desa Cebeurung.

Didesa cibeurung setelah tanya sana - tanya sini dan melewati jalan yang cuma bisa dilalui motor , saya tiba ditepi sungai Cijolang yang merupakan batas wilayah Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Ciamis. diseberang sungai yang secara admisnistratif sudah masuk ke wilayah Kabupaten Ciamis, jalan kembali menukik keatas menuju bukit di Dusun Citapen Pasir Desa Sujaya.


Keadaan Kabupaten Ciamis yang berbukit - bukit.

Setiba di Dusun Citapen saya kembali tanya-tanya tentang letak keberadaan batutulis itu, akhirnya ditunjuk bahwa batu itu berada tepat dibawah Pabrik penggergajian kayu . Setelah berterima kasih saya tancap gas kembali menaiki bukit. Setelah sampai pabrik itu ..kok enggak ada orang alias kosong melompong ( mungkin libur idul fitri ). Jalan juga sepi , petunjuk enggak ada.. syukur..setelah 5 menit ada penduduk lokal yang mau antar saya ke batu itu.




Desa Cibeurung dilihat dari tepian Bukit ( di lokasi Batu bertulis)
tebing Barat Laut Gunung Sangkur - Ciamis.


Penduduk lokal yang antar ke Situs Citapen.


Guratan membentuk Jari tangan di dinding batu di Batutulis Citapen (I).


Gambar dalam bentuk Embosh (menonjol keluar) di Batutulis Citapen (II)


Tulisan yang ada di Batutulis Citapen (III)



BATU TULIS ( ROCK ART ) CITAPEN , merupakan salah satu peninggalan dari manusia Purba jaman Pliosen Bawah ( 700.000 s/d 1.000.000 tahun yang lalu ). Arkeologi ternama dari Belanda KROM pernah berkunjung ke situs ini pada tahun 1914.
Lalu dari Team Balai Arkeologi Bandung yang di ketuai oleh Drs. Nanang Saptono juga pernah menelitinya. Terakhir adalah Prof Dr.Michael Morwood dari Departement Of Archeology & Palaenthopology , Australian New South Wales University pernah berkunjung kesini.

Memang di wilayah Rancah - Ciamis banyak sekali peninggalan- peninggalan jaman purba diantaranya :
1. Gigi taring manusia purba di Tambaksari , Rancah - Ciamis , dengan ciri - ciri Otak sekitar 1.100 cc tak punya dagu dan kening ( lebih tua dari usia fosil di Gua Pawon , Padalarang yang volume otak sudah agak besar yaitu sekitar 1.600 cc dan sudah mempunyai dagu dan kening dan hidup sekitar 6000 s/d 7000 tahun yang lalu ).
2. Fosil hewan Vertebrata berupa rahang dan taring dari Hippopotamus ( Kuda Nil )
3. Peralatan Manusia Purba (Paleolitik) seperti Kapak Perimbas dan Kapak Penetak. Kebetulan dahulu kakek saya juga pernah memiliki kapak jenis ini dengan warna Hijau Muda (seperti Giok Korea) dan penduduk di Rancah menyebutnya Gigi Petir yang tertinggal sewaktu menyambar Bumi .
Dengan berkunjung ke Situs Batutulis Citapen ini, saya yang tadinya hanya menyenangi Peninggalan-peninggalan Sunda dari Jaman Sejarah saja sekarang juga menjadi menyenangi peninggalan jaman Prasejarah.
======
Foto-foto : Pribadi
Sumber berita :
- WIKIPEDIA
- kompas.com
- Blog Bp.Dieny Yusuf.











Selasa, 21 Oktober 2008

RAJA-RAJA SUNDA.

Penemuan Batutulis peninggalan Kerajaan Tarumanagara.



Diblog saya ini, akan saya pergunakan untuk membahas dari sejarah-sejarah yang ada di Nusantara tetapi yang terfokus adalah pembahasan mengenai sejarah dari Jawa Barat. Ini karena saya berasal dari Jawa Barat dan kecintaan saya terhadap peninggalan-peninggalan sejarah Jawa Barat / Sunda. Bila bukan orang Jawa Barat sendiri yang melestarikan sejarah dan peninggalannya, siapa lagi ?

Yang akan saya bahas mula-mula diblog ini adalah :



  • Daftar Raja-raja Sunda

- Raja - raja Salakanagara - Raja - raja Tarumanagara
- Raja - raja Sunda - Raja - raja Galuh
- Raja - raja Pajajaran


Kenapa Daftar Raja-raja Sunda ?


Untuk memulai suatu penelusuran sejarah, kita harus mengetahui dahulu silsilah dari raja-raja itu sendiri. Selain berguna untuk mengetahui masa dari sejarah yang akan kita baca atau yang kita bahas, berguna juga untuk peruntutan alur cerita dari sejarah itu .


Silsilah dari raja sunda yang akan saya tulis ini diambil dari literatur-literatur yang banyak ditulis dan dibahas mengenainya, dan ini merupakan hasil penelitian para ahli sejarah yang diambil dari situs-situs pada Batu bertulis yang banyak tersebar di Jawa Barat ini , atau hasil penemuan naskah-naskah kuno yang biasanya ditulis pada daun lontar dan juga dikompare dengan berita-berita yang tercatat di negeri asing.

Selama ini kita hanya tahu bahwa kerajaan yang tertua di Indonesia adalah kerajaan Kutai dan juga kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Tidak demikian halnya dengan Pangeran Wangsa Kerta dari Kraton Panembahan Kacirebonan beserta Panitia penyusunan Sejarah Nusantara yang menyusun naskah Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara .


Penyusunan naskah Pangeran Wangsakerta ini disusun untuk memenuhi permintaan/amanat ayahnya, Panembahan Girilaya, agar Pangeran Wangsakerta menyusun naskah kisah kerajaan-kerajaan di Nusantara. Panitia didirikan untuk mengadakan suatu gotrasawala (simposium/seminar) antara para ahli (sajarah) dari seluruh Nusantara, yang hasilnya disusun dan ditulis menjadi naskah-naskah yang sekarang dikenal sebagai Naskah Wangsakerta. Gotrasawala ini berlangsung pada tahun 1599 Saka (1677 M), sedangkan penyusunan naskah-naskahnya menghabiskan waktu hingga 21 tahun (selesai 1620 Saka, 1698 M).


dari hasil seminar tempo dulu ini diketahuilah bahwa sebelum ada kerajaan Tarumanegara ternyata ada kerajaan yang lain yang lebih tua. ini dapat kita lihat di naskah Sarwakrama Raja-raja Salakanagara.


A.Raja-raja Salakanagara.


Salakanagara berdasarkan naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara diperkirakan adalah kerajaan yang paling awal di Nusantara.

Tokoh yang berkuasa disini adalah Aki Tirem, konon di kota inilah yang disebut-sebut Argyre oleh Ptolemeus tahun 150 M , yang terletak di daerah teluk Lada Pandeglang.



Raja pertama Salakanagara adalah Dewawarman I yang berasal dari India dan awalnya adalah Duta negaranya (India) berkedudukan di Pulau Jawa (Jawadwipa).
Kemudian Dewawarman I menjadi menanti Aki Tirem atau Sang Aki Luhurmulya untuk dinikahkan dengan putrinya Pohaci Larasati.


Dewawarman I di nobatkan menjadi raja Salakanagara dengan gelar Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara.


Ibukota kerajaan bernama Rajatapura hingga tahun 326 M. yaitu dari masa Dewawarman I hingga Dewawarman VIII.


Raja-raja Salakanagara sebagai berikut :

1.Dewawarman I (130 - 168 M)
2.Dewawarman II (putra Dewarman I dengan Pohaci Larasati)
3.Dewawarman III
4.Dewawarman IV
5.Dewawarman V
6.Dewawarman VI
7.Dewawarman VII
8.Dewawarman VIII (348 - 363 M)



B.Raja-raja Tarumanagara.




1.Jayasingawarman (358-382)
Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari SALANKAYANA di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Setelah Jayasingawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah. Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi).




2. Dharmayawarman (382 - 395 M) Dipusarakan di tepi kali Candrabaga.

3. Purnawarman (395 - 434 M)
Ia membangun ibukota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan dinamainya "Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam tahun 397 M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya. Pustaka Nusantara,parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga?) di Jawa Tengah. Secara tradisional Ci Pamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.

4. Wisnuwarman (434-455)
5. Indrawarman (455-515)
6. Candrawarman (515-535 M)

7. Suryawarman (535 - 561 M)
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Sedangkan putera Manikmaya, tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.

8.Kertawarman (561-628)
9.Sudhawarman (628-639)
10.Hariwangsawarman (639-640)
11.Nagajayawarman (640-666)
12.Linggawarman (666-669)

Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Dalam tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa (Raja Sunda pertama) dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.

13.TARUSBAWA (669 – 723 M)

Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman jaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari kekuasaan Tarusbawa. Karena Putera Mahkota Galuh (SENA or SANNA) berjodoh dengan Sanaha puteri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga, Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah dua. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batas.



C.Raja-raja Sunda - Galuh


Setelah Tarumanagara dibagi menjadi dua kerajaan oleh Prabu Tarusbawa , yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda dengan batas wilayah : untuk sebelah Barat sungai Citarum adalah masuk wilayah kerajaan Sunda dan Sebelah Timur sungai Citarum adalah masuk wilayah kerajaan Galuh. Tapi pada intinya mereka adalah dua kerajaan bersaudara dimana Seorang Raja Sunda mungkin pula adalah seorang Raja Galuh. Daftar raja-raja sunda juga ada didalam naskah Pangeran Wangsakarta, terdapat juga dibeberapa batu tulis yang ada di Bogor & Ciamis, tercatat juga dibeberapa di naskah kuno yang ditulis di daun lontar dan yang terakhir adalah dalam babad tanah jawi. Maka tidaklah mengherankan bila pada masa lampau sering terlihat iring-iringan kerajaan Sunda yang berpindah dari Ibukota kerajaan Sunda di Pakuan (Bogor) menuju Ibukota kerajaan Galuh di Ciamis. seperti tergambar dalam naskah kuno Carita Ratu Pakuan (Kropak 410 , tersimpan di museum nasional) oleh Kai Raga dari Gunung Srimanganti (Cikuray).


=Carita Ratu Pakuan=.

Dicarita nga'betkasih
Kadeungeun Sakamaruan
Bur payung agung ngawah tugu
Nu saur manuk sabda tunggal
Nu dek mulih ka Pakuan
Saundur ti dalem Timur Kedaton Wetan
Buruan si mahut putih gede manik
Maya datar ngaranna
Dalem Sri Kencana Manik
Bumi ninggit cipta ririyak
di sangiang pandan larang
Dalem si pawindu hurip


terjemahan :


Tersebutlah ngabetkasih
Bersama madu-madunya
bergerak payung kebesaran melintas tugu
yang seia dan sekata
hendak pulang ke Pakuan ( Bogor )
Kembali dari keraton di Timur (Kawali-Ciamis)
Halaman Cahaya putih induk permata
Cahaya datar namanya
Keraton berseri emas permata
Rumah berukir lukisan alun
si sangiang pandan larang
keraton penenang hidup ( Pawindu Hurip : adalah keraton Surawisesa - Kawali )


Dan Raja Sunda yang tercatat adalah :


1.TARUSBAWA (670 – 723 M)
Maharaja Tarusbawa kemudian mendirikan ibukota kerajaan yang baru, di daerah pedalaman dekat hulu Cipakancilan. Dalam cerita Parahiyangan , tokoh Tarusbawa ini hanya disebut dengan gelarnya: Tohaan di Sunda (Raja Sunda). Ia menjadi cikalbakal raja-raja Sunda dan memerintah sampai tahun 723 M. Karena putera mahkota wafat mendahului Tarusbawa, maka anak wanita dari putera mahkota (bernama Tejakancana) diangkat sebagai anak dan ahli waris kerajaan.Suami puteri inilah yang dalam tahun 723 menggantikan Tarusbawa menjadi Raja Sunda.



2. Sanjaya / Rakeyan Jamri / Prabu Harisdama (723 – 732M)
Cicit Wretikandayun ini bernama Rakeyan Jamri. Sebagai penguasa Kerajaan Sunda ia dikenal dengan nama Prabu Harisdarma dan kemudian setelah menguasai Kerajaan Galuh ia lebih dikenal dengan Sanjaya. Ibu dari Sanjaya adalah SANAHA, cucu Maharani SIMA dari Kalingga, di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa / SENA / SANNA, Raja Galuh ketiga, teman dekat Tarusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena di tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh PURBASORA. Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu ibu, tapi lain ayah. Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. Ironis sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara / Kerajaan Sunda.Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh, dengan bantuan Tarusbawa, untuk melengserkan Purbasora. Setelah itu ia menjadi Raja Kerajaan Sunda Galuh. Sebagai ahli waris Kalingga, SANJAYA kemudian menjadi penguasa Kalingga Utara yang disebut Bumi MATARAM dalam tahun 732 M. Dengan kata lain, Sanjaya adalah penguasa Sunda, Galuh dan Kalingga / Kerajaan Mataram (Hindu). Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada puteranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan atau Rakeyan Panaraban.




3.Tamperan Barmawijaya / Rakeyan Panaraban (732 - 739 M)

Ia adalah kakak seayah Rakai Panangkaran, Raja Kerajaan Mataram (Hindu) ke 2, putera Sanjaya dari Sudiwara puteri Dewasinga Raja Kalingga Selatan atau Bumi SAMBARA.





4. Rakeyan Banga (739-766 M).
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766-783 M).
6. Prabu Gilingwesi, menantu no. 5,(783-795 M).
7. Pucukbumi Darmeswara, menantu no. 6, (795-819 M).
8 .Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus (819-891 M).
9. Prabu Darmaraksa (adik-ipar no. 8, 891 - 895 M).
10.Windusakti Prabu Dewageng (895 - 913 M).
11.Rakeyan Kemuning Gading Prabu Pucukwesi (913-916 M).
12.Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa, menantu no. 11, (916-942 M).
13.Prabu Resi Atmayadarma Hariwangsa (942-954 M).
14.Limbur Kancana,putera no. 11,(954-964 M).
15.Prabu Munding Ganawirya (964-973 M).
16.Prabu Jayagiri Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989 M).
17.Prabu Brajawisesa (989-1012 M).
18.Prabu Dewa Sanghyang (1012-1019M).
19.Prabu Sanghyang Ageng (1019 - 1030 M), berkedudukan di Galuh.

20.Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati (1030‚ - 1042 M ), berkedudukan di Pakuan. Pada masa itu Sriwijaya / orang Melayu menjadi momok yang menakutkan. Kerajaan Sunda Galuh untuk menghindari konflik dengan Sriwijaya, melakukan hubungan pernikahan antara raja ke 19, Prabu Sanghyang Ageng (Ayah dari Sri Jayabupati) dengan putri Sriwijaya. Jadi ibu Sri Jayabupati adalah seorang puteri Sriwijaya dan masih kerabat dekat Raja WURAWURI. Permaisuri Sri Jayabupati adalah puteri Dharmawangsa (adik Dewi LAKSMI isteri AIRLANGGA). Karena pernikahan tersebut Jayabupati mendapat anugerah gelar dari mertuanya (DHARMAWANGSA). Gelar itulah yang dicantumkannya dalam Prasasti Cibadak. Raja Sri Jayabupati pernah mengalami peristiwa tragis. Dalam kedudukannya sebagai Putera Mahkota Sunda keturunan Sriwijaya dan menantu Darmawangsa, ia harus menyaksikan permusuhan yang makin menjadi-jadi antara Sriwijaya dengan mertuanya (Dharmawangsa). Pada puncak krisis ia hanya menjadi 'penonton' dan terpaksa tinggal diam dalam kekecewaan karena harus 'menyaksikan' Darmawangsa diserang dan dibinasakan oleh raja Wurawuri atas dukungan Sriwijaya. Ia diberi tahu akan terjadinya serbuan itu oleh pihak Sriwijaya, akan tetapi ia dan ayahnya 'diancam' agar bersikap netral dalam hal ini. Serangan Wurawuri yang dalam Prasasti Calcuta disebut Pralaya itu terjadi tahun 1019 M. Sriwijaya sendiri musnah di tahun 1025 karena serangan Kerajaan Chola dari India. Tahun 1088, Kerajaan Melayu Jambi, menaklukan Sriwijaya, dan berkuasa selama dua ratus tahun. Dua abad kemudian, kedua kerajaan tersebut menjadi taklukan kerajaan Singhasari di era Raja Kertanegara, dengan mengirimkan Senopati Mahisa / Kebo / Lembu ANABRANG, dalam ekspedisi PAMALAYU 1 dan 2, dengan pertimbangan untuk mengamankan jalur pelayaran di selat Malaka yang sangat rawan Bajak Laut setelah runtuhnya Sriwijaya di tahun 1025. Mahisa Anabrang yang menikah dengan DARA JINGGA (anak dari Raja Kerajaan Melayu Jambi, MAULIWARMADHEWA), adalah ayah dari Adityawarman, pendiri Kerajaan Pagaruyung. Dara Jingga dikenal juga sebagai BUNDO KANDUANG dalam hikayat Kerajaan Pagaruyung atau Minangkabau. Mungkin istilah MINANG-KABAU berasal dari adanya KEBO (KEBO / Mahisa / Lembu ANABRANG) yang me-MINANG putri Raja Kerajaan Dharmasraya / Kerajaan Melayu Jambi.



Kecuali Tarusbawa (No.1), Banga (no.4), dan Darmeswara (no.7) yang hanya berkuasa di Pakuan, raja yang lainnya berkuasa di Galuh dan Pakuan.

21.Raja Sunda ke 21 berkedudukan di Galuh
22.Raja Sunda ke 22 berkedudukan di Pakuan
23.Raja Sunda ke 23 berkedudukan di Pakuan
24.Raja Sunda ke-24 memerintah di Galuh

25.PRABU GURU DHARMASIKSA, mula-mula berkedudukan di Saunggalah, kemudian pindah ke Pakuan.

26.RAKEYAN JAYADARMA, berkedudukan di Pakuan. Menurut PUSTAKA RAJYARAJYA i BHUMI NUSANTARA parwa II sarga 3: RAKEYAN JAYADARMA adalah menantu MAHISA CAMPAKA di Jawa Timur karena ia berjodoh dengan putrinya MAHISA CAMPAKA bernama DYAH SINGAMURTI alias DYAH LEMBU TAL. Mahisa Campaka adalah anak dari MAHISA WONGATELENG, yang merupakan anak dari KEN ANGROK dan KEN DEDES dari kerajaan SINGHASARI. Rakeyan Jayadarma dan Dyah Lembu Tal berputera SANG NARARYA SANGGRAMAWIJAYA atau lebih dikenal dengan nama RADEN WIJAYA (lahir di PAKUAN). Dengan kata lain, Raden Wijaya adalah turunan ke 4 dari Ken Angrok dan Ken Dedes. Karena Jayadarma wafat dalam usia muda, Lembu Tal tidak bersedia tinggal lebih lama di Pakuan. Akhirnya Wijaya dan ibunya diantarkan ke Jawa Timur. Dalam BABAD TANAH JAWI, Wijaya disebut pula JAKA SUSURUH dari PAJAJARAN yang kemudian menjadi Raja MAJAPAHIT yang pertama. Kematian Jayadarma mengosongkan kedudukan putera mahkota karena Wijaya berada di Jawa Timur. Jadi, sebenarnya, RADEN WIJAYA, Raja MAJAPAHIT pertama, adalah penerus sah dari tahta Kerajaan Sunda yang ke-27.



27.Prabu Ragasuci (1297 – 1303M) berkedudukan di Saunggalah dan dipusarakan di Taman, Ciamis. Ragasuci sebenarnya bukan putera mahkota karena kedudukanya itu dijabat kakaknya RAKEYAN JAYADARMA. Permaisuri Ragasuci adalah DARA PUSPA (Puteri Kerajaan Melayu) adik DARA KENCANA isteri KERTANEGARA, dari kerajaan SINGHASARI di Jawa Timur.


28.Prabu Citraganda (1303 – 1311 M), berkedudukan di Pakuan. Ketika wafat ia dipusarakan di Tanjung.


29.Prabu Lingga Dewata (1311 – 1333), berkedudukan di Kawali.




30.Prabu Ajiguna Wisesa (1333 - 1340), berkedudukan di Kawali, adalah menantu Prabu Lingga Dewata. Sampai tahun 1482 pusat pemerintahan tetap berada di sana. Bisa dikatakan bahwa tahun 1333 - 1482 adalah JAMAN KAWALI dalam sejarah pemerintahan di Jawa Barat dan mengenal 5 orang raja. Lain dengan Galuh, nama Kawali terabadikan dalam dua buah prasasti batu peninggalan PRABU RAJA WASTU yang tersimpan di "ASTANA GEDE" Kawali. Dalam prasasti itu ditegaskan "mangadeg di kuta Kawali" (bertahta di kota Kawali) dan keratonnya disebut SURAWISESA yang dijelaskan sebagai "Dalem sipawindu hurip" (keraton yang memberikan ketenangan hidup).

31.Prabu Maharaja Lingga Buana (1340 – 1357).

32.MANGKUBUMI SURADIPATI atau PRABU BUNISORA, adik Prabu Lingga Buana. Ada yang menyebut PRABU KUDA LALEAN. Dalam BABAD PANJALU disebut PRABU BOROSNGORA. Selain itu ia pun dijuluki BATARA GURU di Jampang karena ia menjadi pertapa dan resi yang ulung).

32.Prabu Raja Wastu atau Niskala Wastu Kancana(1371-1475). Beliau adalah anak Prabu Lingga Buana, dinobatkan menjadi raja pada tahun 1371 pada usia 23 tahun. Permaisurinya yang pertama adalah LARA SARKATI puteri Lampung. Dari perkawinan ini lahir SANG HALIWUNGAN (setelah dinobatkan menjadi Raja Sunda bergelar PRABU SUSUKTUNGGAL). Permaisuri yang kedua adalah MAYANGSARI puteri sulung Bunisora atau Mangkubumi Suradipati. Dari perkawinan ini lahir NINGRAT KANCANA (setelah menjadi penguasa Galuh bergelar PRABU DEWA NISKALA). Setelah Wastu Kancana wafat tahun 1475, kerajaan dipecah dua diantara Susuktunggal dan Dewa Niskala dalam kedudukan sederajat. Politik kesatuan wilayah telah membuat jalinan perkawinan antar cucu Wastu Kencana. JAYADEWATA, putera Dewa Niskala mula-mula memperistri AMBETKASIH (puteri KI GEDENG SINDANGKASIH). Kemudian memperistri SUBANGLARANG (puteri KI GEDENG TAPA yang menjadi Raja Singapura). Subanglarang ini keluaran pesantren Pondok QURO di PURA, Karawang. Ia seorang wanita muslim murid SYEKH HASANUDIN yang menganut MAHZAB HANAFI. Pesantren Qura di Karawang didirikan tahun 1416 dalam masa pemerintahan Wastu Kancana. Subanglarang belajar di situ selama 2 tahun. Ia adalah nenek SYARIF HIDAYATULLAH. Kemudian memperistri KENTRING MANIK MAYANG SUNDA puteri Prabu Susuktunggal. Jadilah antara Raja Sunda dan Raja Raja Galuh yang seayah ini menjadi besan. Di tahun 1482, Prabu Dewa Niskala menyerahkan Tahta Kerajaan Galuh kepada puteranya Jayadewata. Demikian pula dengan Prabu Susuktungal yang menyerahkan Tahta Kerajaan Sunda kepada menantunya ini (Jayadewata). Dengan peristiwa yang terjadi tahun 1482 itu, kerajaan warisan Wastu Kencana berada kembali dalam satu tangan. JAYADEWATA memutuskan untuk berkedudukan di Pakuan sebagai "Susuhunan" karena ia telah lama tinggal di sini menjalankan pemerintahan sehari-hari mewakili mertuanya. Sekali lagi Pakuan menjadi pusat pemerintahan. Jaman Pajajaran diawali oleh pemerintahan Ratu Jayadewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja yang memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521). Pada masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya.


Raja-Raja Sunda yang menjadi Raja di Mataram dan Majapahit



Jadi ada dua penerus sah dari tahta KERAJAAN SUNDA yang menjadi raja besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

1.Sanjaya / Rakeyan Jamri / Prabu Harisdama, raja ke 2 Kerajaan Sunda (723 – 732M), menjadi raja di Kerajaan Mataram (Hindu) (732 - 760M). Ia adalah pendiri Kerajaan Mataram Kuno, dan sekaligus pendiri Wangsa Sanjaya.

2.Raden Wijaya, penerus sah Kerajaan Sunda ke – 27, yang lahir di Pakuan, menjadi Raja Majapahit pertama (1293 – 1309 M).



D.Raja-raja Galuh, yang berjumlah 13 orang.


1. Wretikandayun (670-702)
2. Rahyang Mandiminyak (702-709)

3. Rahyang Bratasenawa (709-716)

4. Rahyang Purbasora (716-723) , sepupu no.3

5. Sanjaya Harisdarma (723-724) , anak no.3

6. Adimulya Premana Dikusuma (724-725), cucu no.4

7. Tamperan Barmawijaya (725-739), anak no.5

8. Manarah (739-783) anak no.6

9. Guruminda Sang Minisri (783-799) menantu no.8

10. Prabu Kretayasa Dewakusalesywara Sang Triwulan (799-806)

11. Sang Walengan (806-813)

12. Prabu Linggabumi (813-852)

13. Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus (819-891) ipar no.12


Catatan :
Sanjaya Harisdarma (no.5) dan Tamperan Barmawijaya (n07) sempat berkuasa di Sunda dan Galuh. Penyatuan kembali kedua kerajaan Sunda dan Galuh dilakukan kembali oleh Prabu Gajah Kulon (no.13)



E. Raja sunda setelah sri jayabhupati , berjumlah 14 orang raja :


1.Darmaraja (1042-1065)

2.Langlangbumi (1065-1155)

3.Rakeyan Jayagiri Prabu Menakluhur (1175-1157)

4.Darmakusuma (1157-1175)

5.Darmasiksa Prabhu Sanghyang Wisnu (1175-1297)

6.Ragasuci (1297-1303)

7.Citraganda (1303-1311)

8.Prabhu Linggadewata (1311-1333)

9.Prabhu Ajiguna Linggawisesa (1333-1340) menantu no.8

10.Prabhu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)

11.Prabhu Maharaja Linggabuanawisesa (1350-1357) gugur dalam perang Bubat.

12.Prabhu Bunisora (1357-1371) Adik no.11

13.Prabhu Niskala Wastu Kancana (1371-1475) putra no.11

14.Prabhu Susuktunggal (1475-1482).


F.Pajajaran

Pajajaran dimulai pada masa Sribaduga Maharaja (Sri Jayadewata) , dimana ini adalah penerus dari Tahta Galuh (Prabhu Dewa Niskala) dan Tahta Pakuan (Prabhu Susuktunggal) yang digabungkan kembali menjadi satu kerajaan , dengan beribukota di Pakuan dan Istananya bernama Sri Kadatuan Bima Punta Narayana Madura Suradipati (keraton yang berjajar Lima) untuk itulah kemungkinan nama pajajaran terbentuk.


Raja - raja Pajajaran


1.Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521)
2.Surawisesa (1521 – 1535)
3.Ratu Dewata (1535 – 1543)
4.Ratu Sakti (1543 – 1551)
5.Raga Mulya (1567 – 1579)


Berakhirnya jaman Pajajaran (1482 - 1579), ditandai dengan diboyongnya PALANGKA SRIMAN SRIWACANA (Tempat duduk tempat penobatan tahta) dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa di boyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu "mengharuskan" demikian.
Pertama, dengan dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru.
Kedua, dengan memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf merupakan penerus kekuasaan Pajajaran yang "sah" karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja.
Palangka Sriman Sriwacana sendiri saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di Banten. Karena mengkilap, orang Banten menyebutnya WATU GIGILANG. Kata Gigilang berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
Cerita mengenai Sribaduga Maharaja dapat kita temui di dalam :

- Kropak 410 ( tersimpan di museum Nasional)

- Kropak 630 ( tersimpan di museun Nasional)

- Carita Parahyangan

- Pustaka Negara Kretabhumi purwa 1 sarga 2

- Prasasti Batutulis



====


Referensi :


- Ayatrohaedi: Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah "Panitia

Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, 2005.
- Wikipedia